Minggu, 23 Oktober 2011

GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM

A. LATAR BELAKANG

Meskipun di negara kita kaya akan sumber daya alam (SDA) akan tetapi Sumber Daya Manusia (SDM) mereka tidak mampu mengelolahnya dengan baik dan pada utamanya di negara kita kualitas gizi pada SDM kita kurang menunjang terutama pada balita dan anak-anak, terutama pada masalah-masalah yang diantaranya :
  • Gangguan akibat kiranganya Iodium (GAKI)
  • Kekurangan energi dan protein (KEP)
  • Obersitas
  • Kekurangan vitamin, dsb
Mengingat pada masalah-masalah diatas kami ingin membahas pada gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI) dan kekurangan Vitamin A.

B. BATASAN MASALAH

Pembahasan makalah ini penyusun membatasi masalah penyakit gizi terutama pada gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI) dan kekurangan Vitamin A.

C. TUJUAN

Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap atau bertujuan untuk :
  • Untuk mengetahui pengertian penyakit gizi pada GAKI dan kekurangan Vitamin A
  • Untuk mengetahui gejala-gejala khusus dan tanda-tanda pada GAKI dan kekurangan Vitamin A, dan
  • Untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM

1. PENGERTIAN

Gangguan akibat kuranganya Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala yang dapat ditimbulkan karena tubuh menderita kurang Iodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Dampak negatifnya dapat berupa pembesaran kelenjar gondok, hipoteroid, kegagalan reproduksi kematian anak dan hambatan sosial ekonomi.

Iodium merupakan mineral yang penting dalam pembentukan horman teroid, pada keadaan normal kebutuhan pada anak-anak adalah : 200 mg/hari sumber utama Iodium adalah dari makanan dan absorbsi paling banyak terjadi di usus halus.

Hasil pemetaan GAKI 1998 Menunjukkan bahwa “Total Goitre Rate (TGR)” anak sekolah adalah 9,8%. Prevalensi gondok pada tingkat propensi menunjukkan terdapat 2 propensi dengan akademik berat (TGR > 30 %) yaitu Maluku dan Nusa Tenggara Timur, 3 propensi dengan akademik sedang (TGR 20 – 29,9%) yaitu Sumatera Barat, Timor Timur (saat itu masih menjadi bagian RI) dan Sulawesi Tenggara, 13 Propensi dengan akademik ringan (TGR 5 – 19,5 %) yaitu DI Acah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DI Jogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya, dan 9 propensi non akademik yaitu Riau, Jambi, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.

2. GEJALA KLINIS DAN TANDA-TANDA

Kretin endemik terdapat di daerah gondok endemik, kelainan terjadi waktu bayi masih dalam kandungan atau tidak lama setelah dilahirkan dan terdiri atas kerusakan pada syaraf pusat dan hipotiroidisme.

Secara klinis kerusakan syaraf pusat bermanifestasi dengan :
  • Retardasi mental
  • Gangguan pendengaran sampai bisu tuli
  • Gangguan neuromotor seperti : gangguan bicara, cara jalan yang aneh, dsb
  • Hipoteroid dengan gejala : Miksedema pada hipotiroidisme, Tinggi badan kurang cebol (stunted gruwth) dan osifikasi
3. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN

Penanggulangan gangguan akibat dari kurangnya Iodium (GAKI) diintegrasikan kedalam penanggulangan kemiskinan secara nasional.
Kegiatan pokok penanggulangan GAKI meliputi :
  • Garam konsumsi yang beredar diseluruh Indonesia harus dalam bentuk garam ber Iodium dengan kadar yang telah ditetapkan yaitu : 30 – 80 PPM
  • Untuk meningkatkan konsumsi garam ber Iodium, lakukan mobilisasi sosial dengan pendekatan pemasaran sosial
  • Berikan suplementasi kapsul larutan minyak ber Iodium untuk daerah endemik sedang dan berat pada semua penduduk pria usia 0 – 20 tahun dan semua penduduk wanita usia 0 – 35 tahun, dengan dosis tertera pada tabel dibawah ini. 
    Kelompk sasaran
    Umur (tahun)
    Dosis pemberian minyak ber Iodium
    kapsul
    Bayi
    < 1
    100 mg
    ½
    Anak Balita
    1 – 5
    200 mg
    1
    Wanita
    6 – 3
    400 mg
    2
    Wanita hamil
    -
    200 mg
    1
    Wanita menyusui
    -
    200 mg
    1
    Pria
    6 – 20
    400 mg
    2
     
  • Kembangkan pertifikasi Iodium dan bahan makanan lainnya selain garam, serta tingkatkan kualitas bahan makanan sebagai sumber Iodium terutama bahan pangan dari laut. (Udang, ikan, cumi-cumi)
B. KEKURANGAN VITAMIN A

1. PENGERTIAN

Vitamin A merupakan suatu kondisi untuk menjaga kesehatan mata yang mana harus dilakukan sejak usia dini dengan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran hijau, lauk hewani dan minyak ikan.

2. GEJALA-KLINIS DAN TANDA-TANDA

Gejala pada mata disebut sebagai “Xeroftalmia” dan menurut WHO (1992) dibuat kriteria kelainan sebagai berikut :
  • Buta senja (Nigh Blindess, XN) yang diketahui bila anak sering jatuh atau salah menangkap benda yang diberikan saat senja
  • Kekeringan pada konjungtiva (konjungtival xerosis, XIA), merupakan proses perubahan bulbus, yaitu kering, tebal, keriput dan terjadi penimbunan pigmen
  • Bercak bifot (Bifot Spot, XIB), berupa bercak warna putih berbuih dan terdiri dari penimbunan sel epitel
  • Kekeringan pada kornea (corneal ulcuration / keretomalacia) < 1/3 permukaan (x 3A), akibat keringnya epitel sehingga kejernihan kornea berkurang
  • Ulkus pada kornea (Cornea ulcuration / kerotomalacia) >1/3 permukaan (x 3B)
  • Xeroftalmia Fundus (XF) : Defisiensi Vitamin A dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat bila suatu daerah menenuhi kriteria sebagai berikut :
  • X IB 0,5 % dari populasi yang memenuhi resiko
  • X2 + X3A + X3B 0,01 % dari populasi yang memenuhi resiko
  • X5 0,1 % dari populasi yang memenuhi resiko
  • XN 1 % dari populasi yang memenuhi resiko
  • Serum Vitamin A 10 mg / dl sebanyak 5 % dari populasi yang memenuhi resiko
3. HAL YANG HARUS DILAKUKAN

Pada umumnya sehari-hari Vitamin A dapat dipenuhi pemberian diet yang mengandung telur, susu, mentega, hati, sayuran yang berupa daun atau berwarna kuning (wortel dan sebagainya) buah-buahan yang berwarna kuning (tomat, pepaya, dan sebagainya).

Pemberian Vitamin A dengan tujuan mengobati defisiensi vitamin A dan menambah persediaan Vitamin A dalam hepar, preparat yang dianjurkan adalah :

a. Oral : oil – Based Solution Refind Pelmital atau asefat sebagai kapsul dengan / tanpa tambahan Vitamin E

b. Infra maskuler : Water micsible refinol palmital
Pengobatan Xeroftalmia
  • Setelah dibuat diagnosa : 110 mg Refinol palmital atau 66 mg refinol asefat (200.000 SI) per oral, atau 55 mg refinol palmital (100.000 SI) intra vena
  • Hari berikutnya : 110 mg refinol palmitat atau 66 refinol asefat (200.000 SI)
  • Sebelum di pulangkan / klinis memburuk / 2 – 4 minggu kemudian 110 mg refinol palmitat atau 66 mg refinol asetat (200.000 SI) per oral
Dalam pokok-pokok kegiatan program perbaikan gizi, distribusi kapsul Vitamin A diprioritaskan pada anak balita di daerah miskin dan atau kantung-kantung rawan KVA serta anak balita yang tinggal di daerah dengan angka mordibitas tinggi terutama, penderita campak dan diare serta ibu nifas.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Didalam makalah ini telah dijelaskan seluruh pengertian, gejala klinis dan tanda-tanda yang harus dilakukan, banyak gejala-gejala atau tanda-tanda yang bisa menerangkan seorang anak terkena penyakit gizi atak tidak. Penyakit ini pasti ada dan terjadi pada kalangan keluarga-keluarga di desa maupun di kota terutama pada orang yang mempunyai latar belakang ekonomi yang menengah kebawah.

Dalam hal ini seorang perawat anak yang memegang peranan utama tentang binaan anak sehat tanpa penyakit gizi, penyakit gizi pada anak ini bukan hanya bisa menyerang anak diatas umur 5 tahun tapi juga bisa pada bayi di bawah 5 tahun (balita)

B. SARAN

Kita harus mengetahui dan mengerti gizi dan tumbuh kembang anak akibat kurangnya Iodium (GAKI) dan kurangnya Vitamin A, sebab penyakit gizi dan tumbuh kembang anak apabila dibiarkan akan menyebabkan fatal atau bahkan dapat menyebabkan kematian oleh karena itu kita harus menjaga anak kita terutama dalam hal pemenuhan gizi yang baik agar anak lebih sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI, Survei Tentang Pemetaan Gangguan Akibat Kekuranagn Iodium (GAKI), Jakarta, 1998.

Departemen Kesehatan RI, Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKI, Jakarta, 1998

Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-III Jilid 2, Jakarta; Media Aesculapius, 2000

0 komentar:

Blogger template 'Purple Mania' by Ourblogtemplates.com 2008

Jump to TOP