A. LATAR BELAKANG
Meskipun
di negara kita kaya akan sumber daya alam (SDA) akan tetapi Sumber Daya
Manusia (SDM) mereka tidak mampu mengelolahnya dengan baik dan pada
utamanya di negara kita kualitas gizi pada SDM kita kurang menunjang
terutama pada balita dan anak-anak, terutama pada masalah-masalah yang
diantaranya :
- Gangguan akibat kiranganya Iodium (GAKI)
- Kekurangan energi dan protein (KEP)
- Obersitas
- Kekurangan vitamin, dsb
Mengingat
pada masalah-masalah diatas kami ingin membahas pada gangguan akibat
kekurangan Iodium (GAKI) dan kekurangan Vitamin A.
B. BATASAN MASALAH
Pembahasan
makalah ini penyusun membatasi masalah penyakit gizi terutama pada
gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI) dan kekurangan Vitamin A.
C. TUJUAN
Dalam penyusunan makalah ini penyusun berharap atau bertujuan untuk :
- Untuk mengetahui pengertian penyakit gizi pada GAKI dan kekurangan Vitamin A
- Untuk mengetahui gejala-gejala khusus dan tanda-tanda pada GAKI dan kekurangan Vitamin A, dan
- Untuk mengetahui hal-hal yang harus dilakukan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. GANGGUAN AKIBAT KEKURANGAN IODIUM
1. PENGERTIAN
Gangguan
akibat kuranganya Iodium (GAKI) adalah sekumpulan gejala yang dapat
ditimbulkan karena tubuh menderita kurang Iodium secara terus menerus
dalam jangka waktu yang lama. Dampak negatifnya dapat berupa pembesaran
kelenjar gondok, hipoteroid, kegagalan reproduksi kematian anak dan
hambatan sosial ekonomi.
Iodium merupakan mineral yang penting
dalam pembentukan horman teroid, pada keadaan normal kebutuhan pada
anak-anak adalah : 200 mg/hari sumber utama Iodium adalah dari makanan
dan absorbsi paling banyak terjadi di usus halus.
Hasil pemetaan
GAKI 1998 Menunjukkan bahwa “Total Goitre Rate (TGR)” anak sekolah
adalah 9,8%. Prevalensi gondok pada tingkat propensi menunjukkan
terdapat 2 propensi dengan akademik berat (TGR > 30 %) yaitu Maluku
dan Nusa Tenggara Timur, 3 propensi dengan akademik sedang (TGR 20 –
29,9%) yaitu Sumatera Barat, Timor Timur (saat itu masih menjadi bagian
RI) dan Sulawesi Tenggara, 13 Propensi dengan akademik ringan (TGR 5 –
19,5 %) yaitu DI Acah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bengkulu,
Lampung, DI Jogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara barat,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Irian Jaya, dan
9 propensi non akademik yaitu Riau, Jambi, DKI Jakarta, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Jawa
Tengah, dan Jawa Barat.
2. GEJALA KLINIS DAN TANDA-TANDA
Kretin
endemik terdapat di daerah gondok endemik, kelainan terjadi waktu bayi
masih dalam kandungan atau tidak lama setelah dilahirkan dan terdiri
atas kerusakan pada syaraf pusat dan hipotiroidisme.
Secara klinis kerusakan syaraf pusat bermanifestasi dengan :
- Retardasi mental
- Gangguan pendengaran sampai bisu tuli
- Gangguan neuromotor seperti : gangguan bicara, cara jalan yang aneh, dsb
- Hipoteroid dengan gejala : Miksedema pada hipotiroidisme, Tinggi badan kurang cebol (stunted gruwth) dan osifikasi
3. HAL-HAL YANG HARUS DILAKUKAN
Penanggulangan gangguan akibat dari kurangnya Iodium (GAKI) diintegrasikan kedalam penanggulangan kemiskinan secara nasional.
Kegiatan pokok penanggulangan GAKI meliputi :
- Garam
konsumsi yang beredar diseluruh Indonesia harus dalam bentuk garam ber
Iodium dengan kadar yang telah ditetapkan yaitu : 30 – 80 PPM
- Untuk meningkatkan konsumsi garam ber Iodium, lakukan mobilisasi sosial dengan pendekatan pemasaran sosial
- Berikan
suplementasi kapsul larutan minyak ber Iodium untuk daerah endemik
sedang dan berat pada semua penduduk pria usia 0 – 20 tahun dan semua
penduduk wanita usia 0 – 35 tahun, dengan dosis tertera pada tabel
dibawah ini.
Kelompk sasaran
|
Umur (tahun)
|
Dosis pemberian minyak ber Iodium
|
kapsul
|
Bayi
|
< 1
|
100 mg
|
½
|
Anak Balita
|
1 – 5
|
200 mg
|
1
|
Wanita
|
6 – 3
|
400 mg
|
2
|
Wanita hamil
|
-
|
200 mg
|
1
|
Wanita menyusui
|
-
|
200 mg
|
1
|
Pria
|
6 – 20
|
400 mg
|
2
|
- Kembangkan pertifikasi Iodium dan bahan makanan lainnya selain
garam, serta tingkatkan kualitas bahan makanan sebagai sumber Iodium
terutama bahan pangan dari laut. (Udang, ikan, cumi-cumi)
B. KEKURANGAN VITAMIN A
1. PENGERTIAN
Vitamin
A merupakan suatu kondisi untuk menjaga kesehatan mata yang mana harus
dilakukan sejak usia dini dengan mengkonsumsi buah-buahan, sayuran
hijau, lauk hewani dan minyak ikan.
2. GEJALA-KLINIS DAN TANDA-TANDA
Gejala pada mata disebut sebagai “Xeroftalmia” dan menurut WHO (1992) dibuat kriteria kelainan sebagai berikut :
- Buta senja (Nigh Blindess, XN) yang diketahui bila anak sering jatuh atau salah menangkap benda yang diberikan saat senja
- Kekeringan
pada konjungtiva (konjungtival xerosis, XIA), merupakan proses
perubahan bulbus, yaitu kering, tebal, keriput dan terjadi penimbunan
pigmen
- Bercak bifot (Bifot Spot, XIB), berupa bercak warna putih berbuih dan terdiri dari penimbunan sel epitel
- Kekeringan
pada kornea (corneal ulcuration / keretomalacia) < 1/3 permukaan (x
3A), akibat keringnya epitel sehingga kejernihan kornea berkurang
- Ulkus pada kornea (Cornea ulcuration / kerotomalacia) >1/3 permukaan (x 3B)
- Xeroftalmia
Fundus (XF) : Defisiensi Vitamin A dianggap sebagai masalah kesehatan
masyarakat bila suatu daerah menenuhi kriteria sebagai berikut :
- X IB 0,5 % dari populasi yang memenuhi resiko
- X2 + X3A + X3B 0,01 % dari populasi yang memenuhi resiko
- X5 0,1 % dari populasi yang memenuhi resiko
- XN 1 % dari populasi yang memenuhi resiko
- Serum Vitamin A 10 mg / dl sebanyak 5 % dari populasi yang memenuhi resiko
3. HAL YANG HARUS DILAKUKAN
Pada
umumnya sehari-hari Vitamin A dapat dipenuhi pemberian diet yang
mengandung telur, susu, mentega, hati, sayuran yang berupa daun atau
berwarna kuning (wortel dan sebagainya) buah-buahan yang berwarna kuning
(tomat, pepaya, dan sebagainya).
Pemberian Vitamin A dengan
tujuan mengobati defisiensi vitamin A dan menambah persediaan Vitamin A
dalam hepar, preparat yang dianjurkan adalah :
a. Oral : oil – Based Solution Refind Pelmital atau asefat sebagai kapsul dengan / tanpa tambahan Vitamin E
b. Infra maskuler : Water micsible refinol palmital
Pengobatan Xeroftalmia
- Setelah
dibuat diagnosa : 110 mg Refinol palmital atau 66 mg refinol asefat
(200.000 SI) per oral, atau 55 mg refinol palmital (100.000 SI) intra
vena
- Hari berikutnya : 110 mg refinol palmitat atau 66 refinol asefat (200.000 SI)
- Sebelum
di pulangkan / klinis memburuk / 2 – 4 minggu kemudian 110 mg refinol
palmitat atau 66 mg refinol asetat (200.000 SI) per oral
Dalam
pokok-pokok kegiatan program perbaikan gizi, distribusi kapsul Vitamin A
diprioritaskan pada anak balita di daerah miskin dan atau
kantung-kantung rawan KVA serta anak balita yang tinggal di daerah
dengan angka mordibitas tinggi terutama, penderita campak dan diare
serta ibu nifas.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Didalam
makalah ini telah dijelaskan seluruh pengertian, gejala klinis dan
tanda-tanda yang harus dilakukan, banyak gejala-gejala atau tanda-tanda
yang bisa menerangkan seorang anak terkena penyakit gizi atak tidak.
Penyakit ini pasti ada dan terjadi pada kalangan keluarga-keluarga di
desa maupun di kota terutama pada orang yang mempunyai latar belakang
ekonomi yang menengah kebawah.
Dalam hal ini seorang perawat anak
yang memegang peranan utama tentang binaan anak sehat tanpa penyakit
gizi, penyakit gizi pada anak ini bukan hanya bisa menyerang anak diatas
umur 5 tahun tapi juga bisa pada bayi di bawah 5 tahun (balita)
B. SARAN
Kita
harus mengetahui dan mengerti gizi dan tumbuh kembang anak akibat
kurangnya Iodium (GAKI) dan kurangnya Vitamin A, sebab penyakit gizi dan
tumbuh kembang anak apabila dibiarkan akan menyebabkan fatal atau
bahkan dapat menyebabkan kematian oleh karena itu kita harus menjaga
anak kita terutama dalam hal pemenuhan gizi yang baik agar anak lebih
sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Survei Tentang Pemetaan Gangguan Akibat Kekuranagn Iodium (GAKI), Jakarta, 1998.
Departemen Kesehatan RI, Proyek Intensifikasi Penanggulangan GAKI, Jakarta, 1998
Mansjoer, Arif, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ke-III Jilid 2, Jakarta; Media Aesculapius, 2000